Tafsir : Mereka menduga, dengan mengatakan seperti itu, telah berhasi...
Tafsir : Mereka menduga, dengan mengatakan seperti itu, telah berhasil menipu Allah dengan menganggap Allah tidak mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan, padahal Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak; dan mereka juga merasa telah berhasil menipu orang-orang yang beriman, dengan berpura-pura beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Sebab akibat buruk perbuatan mereka itu, cepat atau lambat, akan kembali kepada mereka sendiri.
Orang munafik itu menipu Allah, dengan cara menipu Rasul-Nya...
Orang munafik itu menipu Allah, dengan cara menipu Rasul-Nya yaitu Muhammad saw. Menipu Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin ialah dengan memperlihatkan iman, kasih sayang dan menyembunyikan permusuhan dalam batin. Mereka bergaul dengan kaum Muslimin, untuk memata-matai mereka dan kemudian menyampaikannya kepada musuh-musuh Islam. Mereka menyebarkan permusuhan dan fitnah, untuk melemahkan barisan kaum Muslimin. Usaha kaum munafik itu gagal dan sia-sia. Hati mereka bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai kebenaran semakin lenyap dari mereka. Mereka sejatinya bukanlah menipu Allah, Rasul-Nya dan para mukminin, tetapi mereka menipu diri mereka sendiri. Akibatnya, perbuatan mereka itu akan menimpa diri mereka sendiri, hanya saja mereka tidak menyadarinya. Kesadaran merupakan daya jiwa untuk menanggapi sesuatu yang tersembunyi, yang tersirat dari yang nyata atau yang tidak nyata.
142. "Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali."
Tafsir : Sesungguhnya dengan sikap dan perbuatan yang mereka lakukan ...
Tafsir : Sesungguhnya dengan sikap dan perbuatan yang mereka lakukan seperti yang digambarkan pada ayat-ayat di atas, orang-orang munafik itu berusaha hendak menipu Allah, tetapi usaha-usaha mereka menjadi sia-sia, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya bahwa Allah-lah yang menipu mereka dengan membiarkan mereka tetap dalam kesesatan dan penipuan mereka. Apabila mereka melaksanakan salat, baik salat-salat wajib maupun salat sunah, mereka lakukan dengan malas, yaitu mereka tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh, tidak bersemangat, merasa sangat berat, bahkan tidak senang, karena mereka tidak merasakan nikmatnya. Kalaupun mereka melakukannya, mereka hanya bermaksud ria, ingin dilihat dan dipuji di hadapan manusia, tidak karena mengharap rida Allah dan takut akan siksaan-Nya. Dan mereka tidak mengingat Allah, yaitu salat dan zikir, kecuali di hadapan orang dan sedikit sekali, baik dari segi waktunya maupun jumlah yang dilakukannya.
Kemudian Allah menjelaskan sikap orang-orang munafik yang se...
Kemudian Allah menjelaskan sikap orang-orang munafik yang selalu membantu tipu daya untuk menghalang-halangi berkembangnya agama Islam. Mereka juga menipu Rasul saw dengan jalan menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran.
Kaum munafik telah menipu Allah dengan menipu Rasul-Nya, karena menipu Rasul itu disamakan dengan menipu Allah. Perbuatan mereka menipu Allah dan Rasul-Nya itu adalah perbuatan sesat. Allah Maha Mengetahui apa yang terkandung dalam hati mereka. Oleh sebab itu Allah membalas tipuan mereka seperti yang diterangkan dalam firman-Nya:
Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (ali 'Imran/3:54).
Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (al-Baqarah/2:17).
Tipu daya mereka tidak akan berhasil dan mereka tidak akan mendapat manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah karena sifat-sifat kemunafikannya yang bersemi di dalam dada mereka. Apabila mereka mendirikan salat, mereka bermalas-malas karena tidak mempunyai keinginan untuk melakukannya, mereka tidak meyakini adanya pahala di akhirat dan tidak merasa takut akan ancaman Allah di hari kemudian. Hal ini disebabkan karena hatinya kosong dari iman yang benar. Mereka ikut melakukan salat hanyalah agar dikatakan Muslim. Sedangkan apabila mereka tidak lagi berada dilingkungan kaum Muslimin, mereka tidak lagi melakukannya.
Pantaslah apabila mereka berlaku demikian karena mereka sebenarnya adalah bersifat ria, ingin agar mereka dianggap mukmin. Mereka tidak melakukan salat terkecuali dalam waktu-waktu tertentu saja, yaitu pada saat-saat mereka berada di hadapan umat Islam.
123. "Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya."
Tafsir : Allah lalu menenangkan hati Nabi Muhammad dengan menjelaskan...
Tafsir : Allah lalu menenangkan hati Nabi Muhammad dengan menjelaskan bahwa para pembesar yang jahat tidak hanya terdapat di Mekah saja, tetapi juga di setiap negeri. Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu karena mereka lebih mampu menipu daya bawahannya, dan dalam kebiasaan, masyarakat akan mengikuti atasannya apakah dalam hal kebaikan atau keburukan. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya, akibat dari perbuatan mereka akan mengenai mereka sendiri.
Sebagian penduduk Mekah telah sesat karena bujukan pembesar-...
Sebagian penduduk Mekah telah sesat karena bujukan pembesar-pembesar mereka yang melakukan bermacam-macam kejahatan dan tipu daya. Hampir di setiap negeri dan kota besar terdapat beberapa pembesar yang korup dan jahat yang melakukan tipu daya. Telah menjadi sunatullah di dalam masyarakat bahwa setiap kali Allah mengutus seorang rasul di suatu tempat untuk memberi bimbingan kepada mereka selalu ada pembesar-pembesar yang memusuhi rasul itu serta pengikut-pengikutnya. Padahal rasul itu bermaksud mengadakan perbaikan dan pembenahan. Sering muncul di beberapa negeri dan kota besar, sejumlah tokoh yang ingin merebut kekuasaan dan menimbun kekayaan dengan berbagai macam cara. Bawahan mereka yang tidak sejalan dengan pembesar mereka merasa bingung dalam melaksanakan tugasnya. Mereka tidak sanggup mengikuti pemimpin-pemimpinnya yang korup dan menyeleweng. Dalam suasana kacau seperti itu, diperlukan adanya kebijaksanaan, keimanan yang kuat dan mental yang tinggi, sehingga tidak mudah dibawa arus kesesatan yang menyebabkan datangnya murka Allah.
Yang dimaksud dengan pembesar-pembesar yang jahat ialah mereka yang menentang seruan agama dan memusuhi rasul-rasul serta pengikut-pengikutnya. Demikianlah keadaan negeri Mekah ketika diutusnya Nabi Muhammad. Keadaan serupa itu terus berulang di negeri-negeri lain. Para pembesar yang korup memusuhi rasul-rasul dan pengikut-pengikutnya yang menyampaikan ajaran agama. Pada hakekatnya mereka itu adalah penipu belaka, menipu dirinya sendiri, akan tetapi mereka tidak sadar.
Telah menjadi sunatullah, bahwa suatu kejahatan akan membawa pada keburukan. Tiap-tiap tipu daya yang direncanakan terhadap hamba-hamba Allah yang saleh akhirnya menimpa diri pelakunya. Banyak peristiwa dalam sejarah manusia menunjukkan bahwa umat-umat yang menentang rasul-rasul dan para pengikutnya akhirnya dihancurkan oleh Allah dengan bermacam-macam azab, seperti bencana alam, dan lain-lain. Mereka melakukan tipu daya untuk menentang perbaikan akhlak dan moral manusia, karena terdorong oleh keinginan untuk menduduki jabatan-jabatan tinggi dan menuruti dorongan hawa nafsunya. Mereka tidak menyadari bahwa akibat perbuatan yang buruk itu akan menimpa diri mereka sendiri, karena mereka tidak memahami sunatullah tersebut.
Dalam ayat-ayat di atas, Allah memberikan ancaman kepada semua pembesar yang durhaka, Allah juga memberi motivasi kepada Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya untuk terus melakukan amal saleh karena dalam rangka melaksanakan tugas yang suci, mereka tidak boleh menghiraukan godaan dan rintangan yang timbul dari manapun datangnya.
62. "Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin,"
Tafsir : Dan jika mereka, orang-orang kafir, hendak menipumu dengan b...
Tafsir : Dan jika mereka, orang-orang kafir, hendak menipumu dengan bersikap baik dan seolah-olah cenderung kepada perdamaian, maka sesungguhnya cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu. Dialah satu-satu-Nya yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya, baik melalui cara yang wajar maupun yang tidak disadari dan dengan dukungan orang-orang mukmin, yaitu dari kaum Muhajirin dan Ansar.
Bila kaum Yahudi dan kaum musyrikin hendak menipu atau henda...
Bila kaum Yahudi dan kaum musyrikin hendak menipu atau hendak mencari kesempatan untuk menyerang dengan adanya perdamaian, maka Allah memberikan jaminan kepada Nabi Muhammad saw bahwa hal itu tidak akan membahayakan kaum Muslimin. Cukuplah Allah (sebagai pelindung), Allah senantiasa melindungi Rasul-Nya dan melindungi umat Islam dan akan memberikan kemenangan kepada mereka bila musuh-musuh itu menyerang kembali. Allah telah memperkuat kedudukan Rasul-Nya dengan pertolongan yang diberikan-Nya kepada kaum Muslimin di masa-masa yang lalu seperti yang terjadi pada Perang Badar, di mana kaum Muslimin dalam keadaan lemah dan sedikit jumlahnya. Mereka dapat mengalahkan kaum musyrikin yang berlipat ganda dan lengkap per-senjataannya. Allah telah mempersatukan hati kaum Muslimin sehingga mereka hidup rukun dan damai, cinta mencintai, dan saling menolong, sehingga mereka merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, padahal mereka sebelumnya hidup bersuku-suku dan bermusuhan antara satu golongan dengan golongan yang lain. Mereka pada mulanya terdiri dari kaum Muslimin yang datang ke Medinah dan kaum Anshar penduduk Medinah yang menyambut kedatangan kaum Muslimin itu. Kaum Anshar sendiri dahulunya terpecah-belah terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Antara kedua suku ini senantiasa terjadi permusuhan dan peperangan. Tetapi dengan kehendak Allah mereka semuanya menjadi umat yang bersatu di bawah panji-panji iman, bersedia mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkan kalimah Allah. Ini adalah satu karunia dari Allah yang tidak ternilai harganya yang tidak dapat dicapai walaupun dengan mengorbankan semua harta dan kekayaan. Kesatuan hati, kesatuan tekad dan kesatuan cita-cita dan ideologi adalah hal yang amat penting dan berharga untuk mencapai satu cita-cita. Inilah karunia Allah yang telah dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa itu. Karena pentingnya karunia itu dan amat tinggi nilainya Allah mengingatkan mereka agar selalu mengingat Allah dengan firman-Nya:
Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali 'Imran/3: 103)
Maka dengan pertolongan Allah dan persatuan kaum Muslimin serta rasa cinta, kasih sayang yang terjalin antara sesama mereka, betapa pun kesulitan dan bagaimana pun besar bahaya yang akan menimpa tentu akan dapat ditanggulangi dan diatasi. Allah memperingatkan pula dalam ayat ini bagaimana tingginya nilai persatuan itu, sehingga bila Nabi Muhammad sendiri menghabiskan semua kekayaan yang ada di bumi untuk mencapainya pasti dia tidak akan berhasil. Tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dengan iman yang kuat dan rasa kasih-sayang yang tinggi. Ini adalah satu tanda bahwa Allah meridai kaum Muslimin dan merestui perjuangan mereka dan mereka tidak perlu merasa khawatir sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
92. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu."
Tafsir : Dan janganlah kamu, dalam hal mengingkari janji yang telah d...
Tafsir : Dan janganlah kamu, dalam hal mengingkari janji yang telah diikrarkan dan sumpah yang telah diucapkan, seperti halnya seorang perempuan yang menguraikan kembali benangnya yang sudah dipintal dengan kuat sehingga menjadi cerai berai kembali. Sesungguhnya kamu tahu bahwa itu adalah tindakan bodoh dan buruk. Tindakan seperti itu sama halnya dengan kamu menjadikan sumpah dan perjanjian-mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya, lebih banyak hartanya, lebih kuat kedudukannya, atau lebih tinggi posisinya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, yakni dengan adanya kelompok manusia yang lebih kaya dan berkedudukan lebih tinggi, dapatkah kamu tetap menepati janji dan memenuhi sumpahmu. Dan pasti pada hari Kiamat kelak akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. Allah akan memberi balasan sesuai perbuatan yang telah kamu lakukan.
Dalam ayat ini, Allah mengumpamakan orang yang melanggar per...
Dalam ayat ini, Allah mengumpamakan orang yang melanggar perjanjian dan sumpah itu sebagai seorang wanita yang mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Demikian itu adalah gambaran tingkah laku orang gila dan orang bodoh.
Pelanggaran terhadap bai'at perjanjian atau sumpah berarti menjadikan sumpah sebagai alat penipuan sesama manusia. Sebab jika satu golongan atau seseorang membuat perjanjian dengan golongan lain yang lebih besar dan kuat daripadanya untuk menenteramkan hati mereka, kemudian jika ada kesempatan, dia mengkhianati perjanjian itu, maka tingkah laku seperti demikian itu dipandang sebagai suatu penipuan.
Allah swt melarang tingkah laku demikian karena termasuk perbuatan bodoh dan gila, walaupun dia dari golongan yang kecil berhadapan dengan golongan yang besar. Lebih terlarang lagi jika golongan besar membatalkan perjanjian terhadap golongan yang lebih kecil.
Diriwayatkan bahwa Mu'awiyah, khalifah pertama Dinasti Bani Umaiyyah, pernah mengadakan perjanjian damai dengan Kaisar Romawi dalam jangka tertentu. Menjelang akhir perjanjian damai tersebut, Mu'awiyah membawa pasukannya ke perbatasan dengan rencana bila saat perjanjian itu berakhir dia langsung akan menyerang. Lalu seorang sahabat bernama Amr bin Anbasah berkata kepadanya, "Allahu Akbar, wahai Mu'awiyah, tepatilah janji, jangan khianat, aku pernah mendengar Rasul saw bersabda:
Barang siapa ada perjanjian waktu antara dia dengan golongan lain, maka sekali-kali janganlah dia membatalkan perjanjian itu sampai habis waktunya. (Riwayat Imam Ahmad)
Setelah Mu'awiyah mendengarkan peringatan temannya itu, dia pun pulang membawa kembali pasukannya. Demikianlah Islam menetapkan ketentuan-ketentuan dalam tata pergaulan antara manusia untuk menguji di antara mereka siapakah yang paling kuat berpegang kepada perjanjian yang mereka adakan sendiri, baik perjanjian itu kepada Allah dan rasul-Nya seperti bai'at, ataupun kepada sesama manusia. Pada hari kiamat kelak akan kelihatan: mana yang hak dan mana yang batil serta mana yang jujur dan mana yang khianat. Segala perselisihan akan dijelaskan, masing-masing akan mendapat ganjaran dari Allah swt.
94. "Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kaki(mu) tergelincir setelah tegaknya (kukuh), dan kamu akan merasakan keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu akan mandapat azab yang besar."
Tafsir : Dan janganlah kamu berkhianat dengan men-jadikan sumpah-sum...
Tafsir : Dan janganlah kamu berkhianat dengan men-jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kaki-mu tergelincir dan terjatuh setelah tegak dan mantap-nya di jalan yang benar. Dan kamu akan terus merasakan keburukan di dunia karena dengan berkhianat maka kepercayaan kepadamu akan hilang. Bila hal itu terjadi maka kamu telah menghalangi siapa pun, baik dirimu sendiri maupun orang lain, dari jalan Allah, dan akibat dari perbuatan itu kamu akan mandapat azab yang besar di akhirat jika kamu tidak bertobat kepada Allah.
Allah swt menegaskan kembali kepada orang Islam tentang lara...
Allah swt menegaskan kembali kepada orang Islam tentang larangan-Nya menjadikan sumpah sebagai alat penipuan di antara mereka. Sesudah Allah swt melarang membatalkan perjanjian dan sumpah pada umumnya, dalam ayat ini, Allah swt secara khusus menegaskan larangan membatalkan perjanjian yang telah dibuat kaum Muslimin dengan Nabi Muhammad saw sewaktu masih di Mekah, menjelang hijrah ke Medinah.
Allah swt tidak membenarkan jika membuat perjanjian hanya untuk mengelabui manusia. Timbulnya larangan ini disebabkan oleh adanya keinginan dari kaum Muslimin untuk membatalkan baiat mereka yang telah diperkuat dengan sumpah. Jika mereka melakukan hal demikian, berarti kaki mereka tergelincir sesudah berpijak di tempat yang mantap.
Mereka akan mengalami penderitaan disebabkan tindakan mereka yang menjadikan sumpah sebagai alat penipu di antara manusia. Ada tiga hukuman bagi yang melanggar jika melakukan tindakan demikian itu.
Pertama:Mereka bertambah jauh dari kebenaran dan hidayah Allah swt, meskipun sudah berada di dalam garis kebenaran itu.
Kedua:Mereka memberi contoh dalam penyelewengan dari jalan Allah. Dengan kebiasaan jelek itu, mereka patut mendapat azab di dunia, seperti pembunuhan, penangkapan, perampasan, dan pengusiran dari kampung halaman.
Ketiga:Mereka akan diazab di akhirat sebagai balasan atas kelancangan mereka menjauhi kebenaran. Mereka dimasukkan ke dalam golongan orang yang sengsara dan sesat.
33. "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah."
Tafsir : Beralih dari pemaparan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya...
Tafsir : Beralih dari pemaparan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya, Allah dalam ayat ini memerintahkan manusia bertakwa kepada-Nya dan takut akan datangnya hari kiamat. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang menciptakanmu dan memberimu rezeki serta menundukkan dan mengendalikan alam ini demi memenuhi kebutuhanmu, dan takutlah kamu pada hari yang ketika itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak pula dapat menolong bapaknya sedikit pun. Bertakwalah dengan menunjukkan penghambaan yang tulus kepada-Nya. Sungguh, hari kebangkitan, pahala, dan siksa yang merupakan janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia yang fana, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu yang salah dalam memahami Allah, seakan Dia membiarkan mereka sesat dengan tidak menurunkan azab, padahal turunnya azab itu hanya ditunda sesaat.
Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang-orang musyrik dengan ...
Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang-orang musyrik dengan melukiskan mereka, "Apabila orang-orang musyrik penyembah patung dan pemuja dewa itu berlayar ke tengah lautan, tiba-tiba datang gelombang besar dan menghempaskan bahtera mereka ke kiri dan ke kanan, dan merasa bahwa mereka tidak akan selamat, bahkan akan mati ditelan gelombang, maka di saat itulah mereka kembali kepada fitrahnya, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan setulus-tulusnya. Pada saat serupa itu mereka berkeyakinan bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menyelamatkan mereka kecuali Allah semata, seperti yang pernah dilakukan Fir'aun di saat-saat ia akan tenggelam di laut.
Setelah Allah menerima doa dan menyelamatkan mereka dari amukan gelombang itu, maka di antara mereka hanya sebagian saja yang tetap mengakui keesaan Allah, adapun yang lainnya kembali menyekutukan Tuhan.
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa yang mengingkari ayat-ayat-Nya itu dan kembali mempersekutukan Tuhan ialah orang-orang yang dalam hidupnya penuh dengan tipu daya dan kebusukan, serta mengingkari nikmat Allah.
(33) Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan perintah-perintah dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya untuk kepentingannya. Manusia hendaklah takut pada hari dimana terjadi malapetaka yang dahsyat, tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari malapetaka itu. Pada waktu itu, seorang ayah tidak kuasa menolong anaknya, demikian pula seorang anak tidak dapat menolong bapaknya, karena segala urusan waktu itu berada di tangan Allah. Tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang telah dilakukannya. Mereka memikul dosanya masing-masing. Hanya perbuatan baik yang telah dilakukannya selama hidup di dunia yang dapat menolong manusia dari malapetaka itu.
Allah memperingatkan bahwa janji-Nya membangkitkan manusia dari kubur adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi dan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan sedikit pun. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali manusia tertipu oleh kesenangan hidup di dunia dan segala kenikmatan yang ada padanya, sehingga mereka berusaha dan menghabiskan seluruh waktu yang ada untuk memperoleh dan menikmati kesenangan-kesenangan duniawi. Akibatnya, tidak ada waktu lagi untuk beribadah kepada Allah, serta mengerjakan kebajikan dan amal saleh. Padahal kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal dan lebih baik.
Demikian pula Allah memperingatkan manusia akan tipu daya setan, yang selalu mencari-cari kesempatan untuk memperdaya manusia. Setan itu menjadikan kehidupan dunia itu indah dalam pandangan matanya, sehingga mereka lupa kepada tugas yang dipikulkan Allah kepada mereka sebagai khalifatullah fil ardh (makhluk yang diberi-Nya tugas memakmurkan bumi).
5. "Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah."
Tafsir : Usai mengisyaratkan bahwa Kiamat pasti akan tiba, Allah lalu...
Tafsir : Usai mengisyaratkan bahwa Kiamat pasti akan tiba, Allah lalu secara tegas menyatakan bahwa janji tentang Kiamat, pahala, dan siksa adalah benar adanya. Karenanya, manusia tidak boleh terlena dan teperdaya oleh kehidupan dunia. Wahai manusia! Sungguh, janji Allah tentang pahala dan siksa itu benar, maka janganlah kehidupan dunia seperti kekayaan dan kekuasaan memperdayakan kamu sehingga kamu sedikit bahkan tidak sama sekali menyiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dan janganlah setan yang pandai menipu dapat memperdayakan kamu tentang Allah dan ajaran agama-Nya.
Pada ayat ini, Allah menerangkan kebenaran janji-Nya, yaitu ...
Pada ayat ini, Allah menerangkan kebenaran janji-Nya, yaitu terjadinya hari Kebangkitan dan hari Pembalasan. Apabila seseorang taat kepada perintah-Nya akan diberi pahala, dan orang yang mendurhakai-Nya akan disiksa. Janji Allah pada waktunya akan menjadi kenyataan. Dia itu tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman Allah:
Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. (ali 'Imran/3: 9)
Oleh karena itu, tidaklah pada tempatnya bila seseorang teperdaya dengan kehidupan dunia yang mewah, sehingga ia "lupa daratan", bahkan melupakan Tuhan. Semua waktunya dipergunakan untuk menumpuk harta tanpa mengingat Allah sedikit pun. Hal demikian itu dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta benda dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. (al-Munafiqun/63: 9)
Begitu pula janganlah seseorang dapat tertipu dan teperdaya dengan bujukan dan godaan setan, dengan mudah menuruti bisikan dan ajakannya karena setan tidak hanya mengajak kepada hal-hal yang keji dan mungkar, tetapi kadangkala ia menyuruh orang untuk berbuat baik dengan tujuan ria. Allah berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (an-Nur/24: 21)
14. "Orang-orang munafik memanggil orang-orang mukmin, “Bukankah kami dahulu bersama kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan hanya menunggu, meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah; dan penipu (setan) datang memperdaya kamu tentang Allah."
Tafsir : Begitu mendapati azab, orang-orang munafik memanggil orang-o...
Tafsir : Begitu mendapati azab, orang-orang munafik memanggil orang-orang mukmin, “Bukankah kami di dunia dahulu bersama kamu?” Mereka yang beriman menjawab, “Benar, tetapi kamu selalu mencelakakan dirimu sendiri dengan melakukan perbuatan yang tidak patut dan hanya menunggu kehancuran kami dengan pengkhianatanmu, dan kamu meragukan janji Allah dan seringkali kamu ditipu oleh angan-angan kosong sampai pada akhirnya datanglah ketetapan Allah; dan setan penipu datang memperdaya kamu tentang Allah sehingga kamu terus berada dalam keraguan.15. Wahai orang munafik, karena keraguanmu kepada Allah dan janji-Nya, maka pada hari ini, yaitu di akhirat, tidak akan diterima tebusan dari kamu maupun dari orang-orang kafir. Karena sikapmu itu maka tempat kamu yang sesuai adalah di neraka. Itulah tempat berlindungmu untuk selama-lamanya, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali bagi orang yang ingkar.”
Kemudian pada ayat ini Allah menyatakan peristiwa yang diala...
Kemudian pada ayat ini Allah menyatakan peristiwa yang dialami orang-orang munafik di akhirat nanti, yaitu mereka berseru kepada orang-orang Mukmin dan mengatakan, "Bukankah kami bersama-sama kamu semasa hidup di dunia?" Lalu orang-orang Mukmin menjawab, "Ya benar, kita sama-sama salat, berwukuf di Arafah, berperang dan mengerjakan kewajiban-kewajiban agama lainnya tetapi kamu berfoya-foya dengan kelezatan dan maksiat, ragu tentang hari kebangkitan, teperdaya oleh angan-angan sehingga kamu mengatakan bahwa dosa kamu akan diampuni Allah, karena bisikan setan yang mengatakan kepadamu bahwa Allah Maha Pengampun, dan Dia akan memaafkan dosa-dosamu." Maksudnya, sebenarnya kamu hai orang-orang munafik bersama kami di dunia hanya tubuhmu yang kasar saja, padahal jiwamu tidak bersama kami, tidak mempunyai ketegasan dalam pendirian maka kamu jarang sekali mengingat Allah."