13. "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
Tafsir : Tetapi, karena mereka melanggar janjinya dengan mengingkarin...
Tafsir : Tetapi, karena mereka melanggar janjinya dengan mengingkarinya bahkan membunuh rasul-rasul Allah, maka Kami melaknat mereka, mereka Kami jauhkan dari rahmat Kami, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu, tidak dapat menerima ajakan beriman dan berbuat kebajikan, sebagaimana sesuatu yang keras membatu tidak dapat dibentuk lagi. Mereka suka mengubah firman Allah dari tempatnya, di antaranya keterangan-keterangan dalam Kitab Taurat tentang kedatangan Nabi Muhammad dan sifat-sifatnya, dan mereka dengan sengaja melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, di antaranya agar mereka beriman kepada Nabi Muhammad. Engkau, wahai Nabi Muhammad, senantiasa akan melihat dan mendengar, baik secara langsung maupun tidak langsung, pengkhianatan dari mereka terhadap dirimu, yakni pengkhianatan orang-orang yang menyatakan janji beriman kepada Nabi Muhammad, kecuali sekelompok kecil di antara mereka yang tidak berkhianat, maka maafkanlah mereka atas kesalahan yang mereka perbuat, dan biarkan mereka, yakni jangan hiraukan mereka. Dengan demikian, engkau telah berbuat baik dengan membalas keburukan dengan kebaikan. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang Yahudi selalu menging...
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang Yahudi selalu mengingkari janji, maka Allah mengutuk mereka dan menjadikan hati mereka keras membatu, Allah menerangkan pula bahwa mereka tidak segan-segan mengubah perkataan Allah dari kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, padahal Nabi Musa telah mengambil janji mereka supaya mereka memelihara dan melaksanakan isinya, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang melaksanakannya sebagaimana orang-orang Muslim memelihara Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad saw. Kitab Taurat yang asli itu sebagaimana dikatakan ahli sejarah Yahudi dan Nasrani sudah lenyap semenjak kerajaan Babilon menyerang kota mereka, membakar candi mereka dan menawan orang-orang Yahudi yang masih hidup.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa orang Yahudi telah lupa akan sebagian dari yang telah diperingatkan kepadanya, dan dengan sengaja tidak mengerjakan sebagian apa yang diperintahkan itu, karena sudah menjadi kebiasaan bagi mereka membangkang dan mengingkari janji. Menurut lbnu Abbas dan Mujahid, mereka lupa akan sebagian dari Taurat yang asli. Dan ini bisa terjadi bagi orang-orang Yahudi setelah hilangnya Taurat yang asli, karena mereka tidak ada yang menghafalnya. Kitab Taurat tidaklah sama dengan Perjanjian Lama. Begitu juga Injil tidak sama dengan Perjanjian Baru.
Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan Nabi Muhammad bahwa memang demikianlah watak dan tingkah laku orang-orang Yahudi pada zaman dahulu terhadap Allah, Kitab-kitab, dan Rasul-rasul-Nya. Allah memperingatkan bahwa Nabi Muhammad saw, senantiasa akan menghadapi bermacam-macam tipu daya dan pengkhianatan mereka. Janganlah mengira bahwa Nabi telah aman disebabkan Nabi telah menyetujui hidup damai berdampingan dengan mereka, karena sudah menjadi watak mereka selalu suka menentang dan melanggar janji, kecuali sebagian kecil dari mereka, seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya yang telah masuk Islam dengan sungguh-sungguh dan mereka menjadi sahabat-sahabat Rasulullah yang terpuji. Menghadapi orang-orang ini janganlah Nabi Muhammad merasa khawatir, tetapi hendaklah memaafkan kesalahan-kesahahan yang pernah mereka lakukan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
100. "Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu Allah, padahal Dia yang menciptakannya (jin-jin itu), dan mereka berbohong (dengan mengatakan), “Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan,” tanpa (dasar) pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka gambarkan."
Tafsir : Aneka macam bukti yang dipaparkan seperti yang disebut pada ...
Tafsir : Aneka macam bukti yang dipaparkan seperti yang disebut pada beberapa ayat di atas, agaknya belum menjadikan kaum musyrik sadar akan keyakinannya yang keliru. Salah satu bentuk keyakinan yang sesat itu diurai pada ayat ini. Dan mereka, orang-orang musyrik, menjadikan jin sekutu-sekutu Allah, padahal Dia yang menciptakannya, yakni jin-jin itu, dan mereka berbohong dengan mengatakan, "Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan, yaitu para malaikat." Itu mereka yakini dan ucapkan tanpa dasar ilmu pengetahuan sedikit pun. Mahasuci Allah dari segala apa yang mereka ucapkan dan yakini, dan Mahatinggi Dia dari sifat-sifat yang mereka gambarkan.
Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik menjadikan jin s...
Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik menjadikan jin sekutu bagi Allah. Dikatakan demikian karena orang-orang musyrik itu meskipun kenyataannya menyembah berhala-berhala, namun pada hakikatnya mereka berbuat demikian itu lantaran mengikuti bisikan jin dan setan.
Allah berfirman:
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inatsan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah, dan (setan) itu mengatakan, "Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu, dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya)." Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata. (an-Nisa'/4: 117-119)
Allah menjelaskan kesalahan perbuatan mereka karena mereka sebenarnya telah mengetahui bahwa yang menciptakan jin-jin itu ialah Allah. Itulah sebabnya maka perbuatan mereka itu dicela. Celaan Allah terhadap mereka itu adalah seperti celaan Ibrahim a.s. terhadap kaumnya.
Allah berfirman:
"Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (as-shaffat/37: 95-96)
Allah mencela pula perbuatan mereka, karena mereka telah berbohong dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Tuduhan mereka bahwa Allah mempunyai anak laki-laki adalah seperti tuduhan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Allah swt berfirman:
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." (at-Taubah/9: 30)
Sedangkan tuduhan mereka bahwa Allah mempunyai anak perempuan diterangkan dalam firman Allah:
Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), "Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki?" atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)? Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan, "Allah mempunyai anak." Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta. (as-shaffat/37: 149-152)
Mereka melemparkan tuduhan itu dengan tidak mempunyai alasan sedikit pun. Bahkan perkataan mereka menunjukkan kebodohan mereka sendiri atau semata-mata menuruti hawa nafsu.
Di akhir ayat ini Allah membersihkan diri-Nya dari tuduhan-tuduhan mereka, bahwa Dia Mahasuci dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan, yaitu bahwa Allah tidak mempunyai serikat dan tidak mempunyai anak.
112. "Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan."
Tafsir : Untuk menenangkan hati Nabi Muhammad, Allah menjelaskan bahw...
Tafsir : Untuk menenangkan hati Nabi Muhammad, Allah menjelaskan bahwa adanya penentangan dari berbagai pihak adalah sesuatu yang biasa dihadapi dahulu oleh para nabi dan pembawa kebenaran. Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, manusia jika sudah dikuasai oleh setan, maka itulah setan yang berwujud manusia, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan agar manusia tertarik oleh rayuannya, padahal hal itu akan menjerumuskan orang yang mengikuti ajakannya. Setiap nabi pasti mempunyai musuh. Itu adalah kehendak Allah, sesuai dengan hikmah-Nya. Untuk itu, kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, yaitu tidak akan memusuhi para nabi, dan tidak akan melakukan kebohongan itu, karena semua itu berada dalam kekuasaan Allah. Maka biarkanlah mereka bersama apa, yakni kebohongan, yang mereka ada-adakan. Dengan demikian, Allah bisa melihat siapa di antara mereka yang taat dan siapa yang durhaka. Mereka yang ikut bisikan setan pasti akan tahu akibat dari perbuatan mereka. Kemudian Allah menjelaskan lagi tentang hikmah di balik semua itu melalui tiga hal, yaitu tertarik kepada kebatilan yang diembuskan kepada mereka, menyenanginya, dan melakukannya, seperti dijelaskan pada ayat berikut.
Menurut Mujahid, Qatadah dan Hasan al-Bashri, di antara jin ...
Menurut Mujahid, Qatadah dan Hasan al-Bashri, di antara jin dan manusia itu ada yang menjadi setan. Pendapat ini diperkuat oleh Abu dzar yang ditanya oleh Nabi Muhammad, "Wahai Abu dzar apakah kamu telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan-kejahatan setan yang berasal dari jin dan manusia?" Lalu Abu dzar bertanya, "Ya Rasulullah adakah setan-setan dari manusia?" Nabi Muhammad menjawab, "Ya benar-benar ada". Yang dimaksud di sini adalah manusia yang berperilaku seperti setan, selalu mengajak kepada kejahatan dan permusuhan.
Ayat ini menjelaskan, bahwa kaum Muslimin menghadapi sikap permusuhan orang-orang musyrik. Demikian pulalah Allah menjadikan bagi tiap-tiap Nabi musuh-musuh yang terdiri dari setan-setan baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin.
Setan-setan adalah musuh bagi para nabi dan para ulama yang menjadi pewaris para nabi; juga bagi setiap mubalig yang menyiarkan agama Allah, Setiap kali timbul hal yang bertentangan, pastilah yang satu akan mengalahkan yang lain, yang kuat tentu menghancurkan yang lemah, dan menjadi sunatullah, bahwa kesudahan yang baik dan kemenangan terakhir tentu berada di pihak golongan yang benar. Apabila turun hujan deras akan timbul banjir, dan ia akan menimbulkan buih yang banyak sekali di atas permukaan air. Buih itu, jika ditiup angin, segera lenyap menghilang sehingga hanya airnya yang tetap di bumi. Demikian pula kehidupan ini penuh dengan perjuangan; dan seorang pejuang tidak dapat memelihara kedudukannya kecuali dengan kegigihan dan kesabaran. Demikian pula amal-amal yang diterima Allah hanyalah amal-amal yang dikerjakan dengan baik dan ikhlas. Hal ini ditegaskan oleh Allah sebagai berikut:
Artinya:
Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (al-Baqarah/2: 214)
Setan-setan yang menjadi musuh para nabi berusaha membisikkan kepada orang yang digodanya bujukan yang indah-indah untuk menipu mereka, dan mengelabui penglihatan mereka sehingga dengan tidak disadari mereka tergelincir dari jalan yang benar.
Telah terbukti dengan nyata tipu muslihat setan itu pada peristiwa yang dialami oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Setan bersumpah dengan halus dan menggambarkan kepada Adam bahwa bila Adam dan isterinya mau makan buah khuldi (buah keabadian), maka ia akan tetap tinggal di surga selama-lamanya. Demikian pula, setan membisikkan kepada orang-orang yang terjerumus melakukan kemaksiatan. Setan tersebut membisikkan agar mereka menggunakan kesempatan untuk hidup bebas merdeka di dunia ini menikmati segala kelezatan hidup, karena mereka tidak perlu takut pada siksaan Allah, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Sekiranya Allah menghendaki agar setan-setan itu tidak menipu manusia, tentulah setan-setan itu tidak dapat berbuat apapun. Tetapi Allah memberi keleluasaan kepada manusia untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan menurut petunjuk akalnya yang sehat dan memilih jalan yang akan ditempuhnya, jalan yang benar atau jalan yang salah. Karena itu, Nabi diperintah untuk tidak menghiraukan mereka, sebab nanti di akhirat mereka harus mempertanggungjawabkan segala tingkah laku mereka selama di dunia. Sedangkan Nabi hanya bertugas menyampaikan.
128. "Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan Allah berfirman), “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.” Allah berfirman, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.” Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui."
Tafsir : Allah menjelaskan sebagian dari ihwal orang-orang yang zalim...
Tafsir : Allah menjelaskan sebagian dari ihwal orang-orang yang zalim pada hari Kiamat di hadapan Allah. Dan ingatlah pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua, yaitu orang-orang yang sesat dan menyesatkan dari kelompok jin atau setan dan manusia, dan Allah berfirman kepada segolongan jin (setan), karena merekalah yang menjadi asal mula adanya kesesatan pada manusia, "Wahai golongan jin! Kamu telah banyak menyesatkan manusia dengan membujuk mereka untuk melakukan kemusyrikan, kekafiran, dan kemaksiatan." Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, mengadu dengan memberikan pengakuan kepada Allah terhadap apa yang terjadi, "Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan." Manusia memanfaatkan jin melalui perbuatan sihir, tenung, dan juga tergoda untuk melakukan kemaksiatan dan lainnya, dan jin merasa bangga bahwa mereka dijadikan panutan, penguasa, dan pengayom oleh manusia. "Dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang." Setelah mendengarkan pengakuan dari kedua belah pihak, Allah berfirman untuk memberikan putusan akhir, "Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain." Allah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas dalam segala hal. Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana yang meletakkan sesuatu pada tempatnya, menyiksa orang yang berdosa dengan keadilan-Nya, dan memasukkan orang yang bertakwa ke dalam surga dengan anugerah-Nya. Dia Maha Mengetahui siapa yang berbuat baik dan siapa yang berbuat buruk.
Pada hari Kiamat nanti, seluruh umat manusia dan jin akan di...
Pada hari Kiamat nanti, seluruh umat manusia dan jin akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, lalu Allah berfirman kepada mereka untuk mencela perbuatan jin yang telah mempengaruhi manusia dan mengajak mereka kepada kesesatan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (Yasin/36: 60-62)
Semua orang yang mengikuti ajaran jin dan setan akan dikumpulkan bersama-sama. Semua orang yang mukallaf akan dihimpun bersama para pengikutnya, baik dalam segi kebenaran maupun kejahatan. Lalu berkatalah orang-orang yang menjadi pengikut jin itu sebagai jawaban mereka kepada Allah, "Ya Tuhan kami, masing-masing di antara kami telah merasakan kenikmatan dari pihak lainnya. Jin-jin itu mendapatkan kenikmatan karena mereka telah berhasil menyesatkan kami dengan bujukan-bujukan dan mengikuti kehendak hawa nafsu, sebaliknya kamipun merasa senang mengikuti mereka dan mendengarkan bisikan-bisikan mereka. Kami merasa leluasa bergelimang kelezatan di dunia."
Dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk bahwa setiap manusia senantiasa didampingi setan yang berusaha untuk membujuknya dengan bisikan yang mengajaknya kepada kefasikan dan kedurhakaan kepada Allah, sehingga ia tidak menyadari, bahwa hal itu adalah tipu daya dari setan tersebut. Makhluk halus itu selalu berusaha untuk menyesatkan manusia kepada lembah kebatilan dan kejahatan, sebagaimana kuman-kuman yang selalu berusaha untuk menimbulkan bermacam-macam penyakit dalam tubuh manusia atau hewan. Kuman-kuman itu mengetahui jalannya untuk memasuki tubuh manusia atau binatang dari lubang-lubang yang halus. Demikian pula setan mengetahui jalan untuk memasuki hati manusia, sehingga manusia jatuh ke lembah kesesatan tanpa disadarinya.
Apabila ada kuman yang berhasil menyelinap ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan timbulnya penyakit, maka manusia yang lebih halus sifatnya, dapat dimasuki pengaruh makhluk-makhluk halus, yaitu jin dan setan, yang dapat menjerumuskan kepada penyakit-penyakit rohani manusia.
Orang-orang yang menjadi pengikut jin dan setan berkata, dengan penuh kesedihan dan penyesalan, "Ya Tuhan, kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami, setelah kami menerima kelezatan duniawi karena mengikuti ajakan jin dan setan dan kami telah mengakui dosa-dosa kami, maka kami berserah diri kepada-Mu untuk menerima hukuman-Mu yang seadil-adilnya."
Perkataan mereka memperlihatkan penyesalan dan keterlanjuran mereka dalam mengikuti hawa nafsu dan sekarang mereka berserah diri kepada Allah yang mengetahui segala perbuatan mereka. Dalam ayat ini tidak disebutkan bagaimana jawaban jin dan alasan setan yang membawa mereka kepada kesesatan itu, tetapi dijelaskan dalam firman Allah yang lain yang menunjukkan bahwa setan, jin dan manusia yang menjadi korban hasutan mereka saling bertikai melepas tanggungjawab dan saling mengutuk satu sama lain:
"¦ kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu." (al-'Ankabut/29: 25)
Sebagai jawaban atas keluhan mereka itu Allah berfirman, "Neraka itulah tempat kamu berdiam sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali Tuhan menghendaki yang lainnya." Segala sesuatu berada di bawah kehendak dan pilihan-Nya, dan tidak ada yang mengetahui kehendak-Nya selain Dia sendiri. Dialah Tuhan Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.
Ibnu 'Abbas memahami ayat di atas, bahwa siapapun tidak patut turut campur dalam menentukan nasib seorang hamba Allah, apakah dia akan dimasukkan ke surga atau ke neraka. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan kehendak Allah.
130. "Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang kafir."
Tafsir : Pada ayat ini kembali dibicarakan hubungan antara jin dan ma...
Tafsir : Pada ayat ini kembali dibicarakan hubungan antara jin dan manusia. Pada hari Kiamat nanti, sekelompok jin dan manusia yang kafir akan ditanya tentang masa lalu mereka di dunia dengan hardikan yang keras. Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yaitu teman-temanmu yang mendapatkan pesan dari rasul manusia, mereka menyampaikan ayatayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab dengan terus terang dan pengakuan yang tulus, "Ya, kami menjadi saksi atas diri kami sendiri bahwa rasul-rasul itu telah datang kepada kami dan menyampaikan peringatan-peringatan kepada kami." Akan tetapi, mereka tertipu oleh kehidupan dunia berupa harta benda, jabatan, dan hawa nafsu. Dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
Di akhirat nanti, kepada semua jin dan manusia yang durhaka,...
Di akhirat nanti, kepada semua jin dan manusia yang durhaka, yang tidak mengikuti ajaran rasul dan tidak mengindahkan larangan Allah yang disampaikan rasul kepada mereka sehingga mereka berbuat sewenang-wenang di bumi, akan dikemukakan kepadanya pertanyaan, "Apakah tidak datang kepadamu rasul-rasul Kami, memperingatkan kamu dan memberi petunjuk yang benar agar kamu tidak tersesat dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Kami? Mereka tidak berdaya menjawabnya, dan mereka menyesali segala yang mereka perbuat semasa di dunia, dan dengan menundukkan kepala mereka mengakui kesalahan-kesalahan mereka seraya menjawab, "Kami mengakui bahwa Rasul Allah telah datang kepada kami dan telah memberikan peringatan dan ajaran-ajaran yang baik yang seharusnya kami perhatikan dan kami ikuti dengan patuh dan taat, tetapi kami tidak mengindahkannya, bahkan kami mendustakan mereka dan memperolok-olok seruan mereka."
Allah berfirman:
Mereka menjawab, "Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar." (al-Mulk/67: 9)
Mereka telah ditipu dan diperdaya oleh kehidupan dunia dan mereka silau oleh harta, wanita, pangkat dan kedudukan, sehingga hati mereka menjadi beku, mata mereka menjadi buta, tidak dapat lagi membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Mereka tidak dapat lagi melihat cahaya ajaran Ilahi yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Para rasul itu telah membacakan kepada mereka ayat-ayat yang diturunkan Allah dan telah memperingatkan mereka bahwa di akhirat nanti akan ada hari pembalasan di mana orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga dan orang-orang yang ingkar akan disiksa dalam neraka. Di kala itulah mereka mengaku terus terang bahwa mereka dahulu (di dunia) memang ingkar dan kafir, mendustakan rasul-rasul dan tidak percaya dengan adanya hari akhirat.
Mengenai rasul-rasul yang diutus itu, apakah mereka terdiri dari manusia ataukah ada pula rasul-rasul dari jin yang diutus kepada umatnya? Jumhur ulama berpendapat bahwa rasul-rasul itu semuanya terdiri dari manusia, tetapi bertugas untuk menyampaikan dakwah kepada jin dan manusia, tidak ada rasul-rasul dari kalangan jin. Al-Qur'an dan hadis-hadis sahih menunjukkan bahwa Nabi Muhammad juga diutus kepada jin seperti tersebut dalam ayat berikut:
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)!" Maka ketika telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, "Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus." (al-Ahqaf/46: 29-30)
38. "Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah lebih dahulu dari kamu. Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka telah masuk semuanya, berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu, “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka” Allah berfirman, “Masing-masing mendapatkan (siksaan) yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui.”"
Tafsir : Kepada orang-orang yang mengingkari-Nya, Allah berfirman, "M...
Tafsir : Kepada orang-orang yang mengingkari-Nya, Allah berfirman, "Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah sesat dan berlaku kafir lebih dahulu dari kamu. Setiap kali suatu umat masuk neraka, dia melaknat saudaranya yang dahulu sama-sama melakukan kekafiran, sehingga apabila mereka telah masuk neraka semuanya, yakni para pemimpin dan para pengikut, berkatalah orang yang masuk belakangan, yakni para pengikut, kepada para pemimpin mereka yang telah masuk terlebih dahulu, "Ya Tuhan kami, mereka-lah yang telah menyesatkan kami dari kebenaran. Maka datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka." Allah berfirman, "Masing-masing, yakni kamu dan mereka, akan mendapatkan siksaan yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui."
Pada hari Kiamat, Allah memerintahkan kepada orang-orang kaf...
Pada hari Kiamat, Allah memerintahkan kepada orang-orang kafir agar masuk ke dalam neraka, bersama-sama umat-umat yang terdahulu, dari jin dan manusia. Mereka sudah lebih dahulu masuk ke dalam neraka, karena kekafiran dan kedurhakaan mereka. Setan dari jin dan manusia selalu menggoda kaumnya dan menggoda manusia agar tersesat dari jalan yang benar. Mereka sudah lebih dahulu berada dalam neraka. Allah berfirman: Tinggalah kamu bersama-sama mereka dalam neraka dan jadikanlah mereka sebagai penolong-penolongmu, sebagaimana kamu hidup di dunia menjadikan mereka tempat minta tolong. Dari ayat ini jelaslah bahwa orang-orang kafir itu tidak sekaligus serempak masuk neraka semuanya, tetapi bergelombang. Gelombang pertama masuk, kemudian menyusul gelombang berikutnya, maka terjadilah kutuk-mengutuk sesama orang kafir itu dalam neraka. Setiap kali suatu umat masuk ke neraka, dan mereka melihat bagaimana hebatnya azab neraka itu, mereka mengutuk kawan-kawan yang telah menyesatkan mereka, dimana mereka mengikuti dengan penuh setia kawan-kawan yang telah menyesatkannya selama hidup di dunia, yang sekarang telah sama-sama terjerumus ke dalam neraka. Firman Allah:
¦ Kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk¦ (al-'Ankabut/29: 25)
Orang-orang musyrik mengutuk pemimpin-pemimpin yang telah menyesatkannya, begitu juga orang-orang Yahudi dan Nasrani mengutuk pemimpin-pemimpin yang telah menyesatkannya. Begitulah tiap-tiap umat atau golongan mengutuk kawan-kawannya yang jadi pemimpin yang telah menyesatkan selama hidup di dunia. Akhirnya kalau semuanya sudah masuk ke dalam neraka dan mereka sudah berkumpul di dalamnya, sudah sama-sama merasakan pedih azab neraka, maka berkatalah para pengikut kepada Allah, tentang pemimpin-pemimpin yang telah menyesatkan mereka, "Ya Tuhan, pemimpin inilah yang menyesatkan kami, dan kami bertaklid buta mengikuti perintah mereka. Ya Allah, berikanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dalam neraka ini, lebih berat dari siksaan kami ini, karena mereka sesat dan menyesatkan kami." Allah memberi jawaban terhadap permintaan pengikut-pengikut itu, firman-Nya, "Bagi masing-masing mereka sudah diberi azab yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak tahu." Mereka di dalam neraka sama-sama menderita, tidak ada perbedaan antara pengikut dengan pemimpin yang menyesatkan, karena mereka telah sesat dan menyesatkan orang lain. Demikian pula yang dipimpin karena mereka telah sesat dan bertaklid buta menerima kesesatan. Masing-masing golongan tidak mengetahui macam siksaan yang ditimpakan kepada yang lain.
176. "Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir."
Tafsir : Ayat ini menguraikan keadaan siapa pun yang melepaskan diri ...
Tafsir : Ayat ini menguraikan keadaan siapa pun yang melepaskan diri dari pengetahuan tentang ke-Esa-an Allah yang telah dimilikinya. Allah menyatakan, "Dan sekiranya Kami menghendaki untuk mengangkat derajatnya ke golongan orang baik niscaya Kami tinggikan derajat-nya dengan memberinya petunjuk untuk mengamalkan ayat-ayat yang Kami turunkan itu. Akan tetapi dia selalu cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsu keinginannya yang rendah dengan penuh antusias. Maka perumpamaan keadaan-nya yang selalu berada dalam gundah gulana dan sibuk mengejar hawa nafsu duniawi, persis seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. Jika engkau menghalaunya dijulurkan lidahnya dan begitu pula jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya juga. Begitu jugalah seorang budak dunia, selalu tergila-gila dengan kesenangan dan hawa nafsu duniawi. Sesungguhnya demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang Kami turunkan. Maka, ceritakanlah wahai Nabi, kisah-kisah itu kepada kaummu agar mereka berpikir sehingga tidak melakukan apa yang dilakukan oleh yang dikecam ini."
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sekiranya Allah berkehendak...
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sekiranya Allah berkehendak mengangkat laki-laki itu dengan ilmu yang telah diberikan kepadanya ke martabat yang lebih tinggi, tentulah Dia berkuasa berbuat demikian. Tetapi laki-laki itu telah menentukan pilihannya ke jalan yang sesat. Dia menempuh jalan yang berlawanan dengan fitrahnya, berpaling dari ilmunya sendiri, karena didorong oleh keingkaran pribadi, yakni kemewahan hidup duniawi. Dia mengikuti hawa nafsunya dan tergoda oleh setan. Segala petunjuk dari Allah dilupakannya, suara hati nuraninya tidak didengarnya lagi.
Firman Allah:
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya." (al-Kahf/18: 7)
Semestinya, orang yang diberi ilmu dan kecakapan itu, meningkatkan kejiwaanya, menempatkan dirinya ke tingkat kesempurnaan, mengisi ilmu dan imannya dengan perbuatan-perbuatan yang luhur disertai niat yang ikhlas dan itikad yang benar. Tetapi laki-laki itu setelah diberi nikmat oleh Allah berupa ilmu pengetahuan tentang keesaan Allah, ia keluar "seperti ular yang keluar dari lapisan kulit luarnya dan menanggalkannya untuk selamanya." Dalam ayat ini dipakai kata insalakha, انسلخ "keluar dari kulit, selubung atau selongsong," yakni menanggalkan ilmu yang diberikan Allah kepadanya, dan tetap kafir seperti halnya dia tidak diberi apa-apa. Karena itu dalam ayat berikutnya Allah mengumpamakannya seperti anjing yang keadaannya sama saja diberi beban atau dibiarkan, dia tetap menjulurkan lidahnya. Laki-laki yang memiliki sifat seperti anjing ini, tergolong manusia yang paling buruk.
Hal demikian menggambarkan kerakusan terhadap harta benda duniawi. Dia selalu menyibukkan jiwa dan raganya untuk memburu benda duniawi, sehingga tampak sebagai seorang yang sedang lapar dan haus tak mengenal puas. Keadaannya seperti anjing yang menjulurkan lidahnya, tampaknya selalu haus dan lapar tidak mengenal puas menginginkan air dan makanan.
Demikian pula perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka menentangnya, baik disebabkan kebodohan ataupun karena fanatisme mereka terhadap dunia yang menyebabkan mereka menutup mata terhadap kebenaran dan meninggalkannya. Mereka menyadari kebenaran yang dibawa Muhammad, dan mengakui kesesatan dan kesalahan nenek-moyang mereka setelah mereka merenungkan bukti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Tetapi kesadaran dan pengakuan demikian itu lenyap dari jiwa mereka sebab hawa nafsu mereka yang hanya mengejar kenikmatan duniawi, misalnya ingin kekuasaan dan kekayaan. Kaum Yahudi dan kaum musyrikin Arab menolak ayat-ayat Allah karena mereka ingin mempertahankan kekuasaan dan kepentingan mereka. Mereka takut kehilangan kenikmatan dan kemewahan hidup. Setan telah menggoda mereka agar tergelincir dari fitrah kejadian mereka yakni kecenderungan kepada agama tauhid.
Cerita laki-laki yang mempunyai banyak persamaan dengan kaum penentang ayat-ayat Allah itu, patut mendapat perhatian agar mereka mau merenungkan dan memikirkan ayat-ayat Allah dengan jujur dan obyektif lepas dari rasa permusuhan dan kepentingan pribadi.
179. "Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."
Tafsir : Jika pada ayat yang lalu berbicara tentang siapa yang mendap...
Tafsir : Jika pada ayat yang lalu berbicara tentang siapa yang mendapat petunjuk dan disesatkan, pada ayat ini dijelaskan mengapa seseorang tidak mendapat petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan. Dan demi keagungan dan kekuasaan Kami, sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia karena kesesatan mereka. Hal itu karena mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka layaknya seperti hewan ternak yang tidak menggunakan akal yang diberikan Allah untuk berpikir, bahkan mereka sebenarnya lebih sesat lagi dari binatang, sebab, binatang itu dengan instinknya akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
Kemudian Allah dalam ayat ini menguraikan apa yang tidak ter...
Kemudian Allah dalam ayat ini menguraikan apa yang tidak terperinci pada ayat-ayat yang lampau tentang hal-hal yang menyebabkan terjerumusnya manusia ke dalam kesesatan. Allah menjelaskan banyak manusia menjadi isi neraka Jahanam seperti halnya mereka yang masuk surga, sesuai dengan amalan mereka masing-masing.
Hal-hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka Jahanam ialah: bahwa akal dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah, padahal kepercayaan pada keesaan Allah itu membersihkan jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri, lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.
Demikian pula mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada kehidupan duniawi, sebagaimana difirmankan Allah:
"Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai." (ar-Rum/30: 7)
Mereka tidak memahami bahwa tujuan mereka diperintahkan menjauhi kemaksiatan, dan berbuat kebajikan, adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka tidak memahami hukum-hukum masyarakat dan pengaruh kepercayaan agama Islam dalam mempersatukan umat. Mereka tidak memahami tanda-tanda keesaan Allah, baik dalam diri manusia maupun yang ada di permukaan bumi. Mereka tidak memahami dan merenungkan wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Rasul-Nya.
Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat bukti kebenaran dan keesaan Allah. Segala kejadian dalam sejarah manusia, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari, yang dilihat dan yang didengar, tidak menjadi bahan pemikiran dan renungan untuk dianalisa dan hal ini disimpulkan Allah dalam firman-Nya:
"Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah dan (ancaman) azab yang dahulu mereka memperolok-olokkannya telah mengepung mereka." (al-Ahqaf/46: 26)
Mereka tidak dapat memanfaatkan mata, telinga, dan akal sehingga mereka tidak memperoleh hidayat Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaan mereka seperti binatang bahkan lebih buruk dari binatang, sebab binatang tidak mempunyai daya-pikir untuk mengolah hasil penglihatan dan pendengarannya. Binatang bereaksi dengan dunia luar berdasarkan naluri dan bertujuan hanyalah untuk mempertahankan hidup. Dia makan dan minum, serta memenuhi kebutuhannya, tidaklah melampaui dari batas kebutuhan biologis hewani. Tetapi bagaimana dengan manusia, bila sudah menjadi budak hawa-nafsu. Dan akal mereka tidak bermanfaat lagi. Mereka berlebihan dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sendiri, berlebihan dalam mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di luar perikemanusiaan.
Bila sifat demikian menimpa satu bangsa dan negara, maka negara itu akan menjadi serakah dan penindas bangsa dan negara lain. Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran), tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah). Mereka lupa dan melalaikan bukti-bukti kebenaran Allah pada diri pribadi, pada kemanusiaan dan alam semesta ini, mereka melupakan penggunaan perasaan dan pikiran untuk tujuan-tujuan yang luhur dan meninggalkan kepentingan yang pokok dari kehidupan manusia sebagai pribadi dan bangsa.
56. "(Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah)."
Tafsir : Di sini lebih ditegaskan lagi bahwa mereka, Yahudi Bani Qura...
Tafsir : Di sini lebih ditegaskan lagi bahwa mereka, Yahudi Bani Quraidhah, itu adalah orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, wahai Nabi Muhammad, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedang sikap semacam itu berarti mereka tidak mengagungkan Allah dan tidak takut terhadap azab-Nya.
Orang-orang Yahudi telah beberapa kali mengadakan perjanjian...
Orang-orang Yahudi telah beberapa kali mengadakan perjanjian dengan kaum Muslimin tetapi mereka selalu mengkhianati janjinya dan mereka tidak takut kepada Allah dan berbagai akibat dari pengkhianatan itu.
Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Medinah, beliau mengadakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi di Medinah. Dalam perjanjian itu, mereka dibiarkan menetap di Medinah dengan tetap memeluk agamanya, dan mereka diberi jaminan keamanan bagi dirinya dan harta bendanya. Dengan ini Nabi ikut menjaga keamanan Medinah dari musuh. Tetapi masing-masing kabilah Yahudi itu melanggar perjanjian tersebut.
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas, bahwa orang-orang Yahudi Medinah yang melanggar janji adalah kabilah Bani Quraidhah. Mereka telah melanggar janjinya kepada Rasulullah, karena memberi bantuan senjata kepada orang-orang kafir Quraisy waktu Perang Badar. Kemudian mereka berkata, "Kami terlupa dan merasa berbuat kesalahan." Lalu Rasulullah mengadakan perjanjian kedua, tetapi dilanggar pula dengan menghasut orang, agar memerangi Rasullah ketika terjadi Perang Khandak. Salah seorang pemimpin mereka sengaja datang ke Mekah mengadakan perjanjian dengan orang-orang Quraisy untuk bersama-sama memerangi Nabi Muhammad.
4. "kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."
Tafsir : Kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian...
Tafsir : Kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian damai dengan kalian dan mereka sedikit pun tidak mengurangi atau merusak isi perjanjian dan tidak pula mereka membantu seorang pun yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya, kecuali mereka merusak perjanjian tersebut. Sebab, yang demikian itu merupakan ciri ketakwaan; dan sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa yang memenuhi janji. Ayat ini menunjukkan dua hal penting, yaitu penghormatan Islam kepada kafir mu'ahad (nonmuslim yang melakukan perjanjian damai dengan umat Islam); dan bahwa memenuhi janji dan kesepakatan merupakan pilar penting ketakwaan.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa waktu yang diberikan k...
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa waktu yang diberikan kaum Muslimin kepada kaum musyrikin untuk menentukan sikap, tidak boleh lebih dari empat bulan, kecuali terhadap mereka yang mengadakan perjanjian dengan kaum Muslimin, dan terhadap mereka yang tidak mengurangi isi perjanjian itu dan tidak membantu orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin, maka perjanjian itu harus dipelihara dan disempurnakan sesuai dengan isinya sampai kepada batas waktunya. Ibnu Abi hatim meriwayatkan bahwa Nabi menyempurnakan janjinya dengan suku Bani amrah dan Bani Kinanah.
Ayat-ayat ini dan ayat-ayat yang lainnya menunjukkan bahwa setiap perjanjian yang masih berlaku, wajib dipenuhi dan disempurnakan sesuai dengan syarat-syarat perjanjian itu, walaupun perjanjian itu dengan kaum musyrikin, selama mereka masih memenuhi semua syarat-syarat perjanjian itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah swt menyukai orang-orang yang bertakwa. Hal ini menunjukkan bahwa memelihara dan menyempurnakan janji termasuk takwa. Karena memelihara perjanjian artinya memelihara pertanggung jawaban terhadap keadilan antara manusia yang membawa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.