40. "Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja."
Tafsir : Ayat ini dan beberapa ayat setelahnya berbicara tentang Bani...
Tafsir : Ayat ini dan beberapa ayat setelahnya berbicara tentang Bani Israil, yakni anak keturunan Israil, nama lain dari Nabi Yakub, cucu Nabi Ibrahim. Mereka juga dikenal dengan sebutan Yahudi. Wahai Bani Israil! Ingatlah dan renungkanlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan nenek moyangmu seperti turunnya petunjuk-petunjuk Ilahi, penyelamatan dari musuh-musuhmu, dan lain-lain. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku yang telah kamu nyatakan di dalam jiwamu, niscaya Aku penuhi pula janji-Ku kepadamu dengan memberi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia serta pahala dan surga di akhirat nanti, dan takutlah serta tunduklah kamu hanya kepada-Ku saja.
Allah memulai ayat ini dengan menyebut Bani Israil (orang-or...
Allah memulai ayat ini dengan menyebut Bani Israil (orang-orang Yahudi), karena merekalah bangsa yang paling dahulu mengemban kitab Samawiyah, dan karena di antara mereka terdapat pula orang-orang yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw. Kalau mereka masuk Islam maka hal itu akan merupakan alasan yang kuat yang dapat diarahkan kepada orang-orang Nasrani dan orang kafir yang lain yang tidak mau beriman, karena bangsa Yahudilah yang paling dahulu berjanji kepada Allah swt bahwa mereka akan beriman kepada setiap nabi yang diutus-Nya, apabila telah ada bukti-bukti yang nyata.
Israil adalah gelar yang diberikan kepada Nabi Yakub. Karena itu keturunannya dinamakan dengan Bani Israil. Nabi Yakub terkenal sebagai hamba Allah yang amat saleh, sabar, dan tawakal. Maka Allah memanggil anak cucu Yakub dalam permulaan ayat ini dengan sebutan "Bani Israil" untuk mengingatkan kepada mereka agar mereka mencontoh nenek moyang mereka itu dalam hal keimanan, ketaatan, kesalehan, ketakwaan dan kesabaran serta sifat-sifat lain yang terpuji. Hal ini disebabkan karena pada waktu turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw, tampak gejala-gejala bahwa tingkah laku Bani Israil itu sudah melampaui batas, dan jauh menyimpang dari ajaran dan sifat-sifat nenek moyang mereka, terutama sikap mereka terhadap Al-Qur'an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Mereka tidak mau beriman bahwa Al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, bahkan mereka mendustakan kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Seharusnya merekalah yang paling dahulu beriman kepada Nabi Muhammad saw, sebab berita tentang kedatangannya telah disebutkan lebih dahulu dalam kitab suci mereka, yaitu Taurat.
Dalam ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah kepada Bani Israil, yaitu:
1.Agar mereka senantiasa mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mensyukurinya dengan lisan dan perbuatan. Wujud nikmat-nikmat tersebut memang tidak diterangkan dalam ayat ini. Tetapi yang dimaksud antara lain bahwa Allah telah memilih nabi-nabi-Nya dari kalangan mereka. Hal ini terjadi dalam masa yang cukup lama, sehingga mereka diberi julukan sebagai Sya'bullah al-Mukhtar yaitu "hamba-hamba Allah yang terpilih". Semuanya itu harus mereka ingat dan mereka syukuri. Salah satu cara untuk mensyukurinya ialah beriman kepada setiap nabi yang diutus Allah untuk memberikan bimbingan kepada manusia. Tetapi dalam kenyataannya mereka menjadikan nikmat tersebut sebagai alasan untuk tidak menerima seruan Nabi Muhammad saw, malahan mengejeknya, dan mengatakan bahwa nikmat dan karunia Allah hanya tertentu untuk mereka saja.
2.Janji mereka kepada Allah ada dua macam, pertama janji yang berlaku bagi seluruh manusia, yaitu bahwa mereka harus menimbang segala masalah dengan timbangan akal dan pikiran serta penyelidikan yang akan membawa mereka mengetahui hakikat segala sesuatu, sebagai jalan untuk mengenal Allah. Kedua, janji bahwa mereka hanya akan menyembah Allah semata-mata, dan tidak akan memperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun; dan bahwa mereka akan beriman kepada rasul-rasul-Nya. Andaikata Bani Israil yang ada pada masa itu memperhatikan janji-janji tersebut, antara lain ialah bahwa Allah akan mengutus seorang nabi yang berasal dari keturunan saudara nenek moyang mereka ) yang menurunkan suatu bangsa yang baru, yaitu bangsa Arab, niscaya mereka beriman kepada Nabi Muhammad saw dan pasti pula mereka mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah kepadanya. Dengan demikian mereka akan termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan. Sebaliknya, jika mereka memenuhi janji kepada Allah, maka Allah akan mengizinkan mereka untuk menetap di tanah suci Palestina, dan mereka akan diberi kemuliaan serta kehidupan yang makmur. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka tidak memenuhi janji-janji mereka itu, antara lain disebabkan karena rasa takut dan khawatir terhadap satu sama lainnya.
3.Agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata. Perintah ini diberikan Allah, karena kenyataan menunjukkan bahwa Bani Israil itu tidak memenuhi janji-janji mereka kepada Allah antara lain, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad saw. Hal itu disebabkan karena rasa takut mereka terhadap satu sama lain. Maka Allah memerintahkan agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata, dan jangan takut kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah sajalah yang menguasai segala persoalan. Dialah yang telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada mereka, Dia pula yang kuasa untuk mencabut kembali nikmat itu dari tangan mereka, dan Dia pula yang akan mengazab mereka karena tidak mensyukuri nikmat itu. Mereka seharusnya tidak perlu merasa takut terhadap sesamanya karena khawatir akan hilangnya sebagian dari keuntungan-keuntungan mereka, atau akan terjadinya malapetaka atas diri mereka karena mengikuti yang hak dan menyalahi kemauan pemimpin-pemimpin mereka. Allah lebih kuasa daripada pemimpin-pemimpin itu.
54. "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sungguh, Dialah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."
Tafsir : Bila peringatan pada ayat-ayat yang lalu langsung disampaika...
Tafsir : Bila peringatan pada ayat-ayat yang lalu langsung disampaikan oleh Allah kepada Bani Israil, maka sekarang peringatan itu disampaikan melalui Nabi Musa. Perubahan siapa yang menyampaikan peringatan ini memberikan sinyal bahwa kedurhakaan Bani Israil itu sudah sangat keterlaluan sehingga seolah-olah Allah tidak mau lagi memedulikan mereka dan sekarang diberikan wewenang itu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah melakukan kedurhakaan kepada Allah. Itu berarti kamu telah menzalimi dirimu sendiri. Perbuatan kamu dengan menjadikan patung anak sapi se-bagai sesembahan kamu adalah perbuatan yang telah mensyirikkan Allah yang membuat kamu layak diberi hukuman.
Oleh karena itu, bertobatlah dengan memohon ampun kepada Penciptamu, Allah Yang Maha Pencipta, dan bunuhlah dirimu. Sejak dulu sampai sekarang terdapat tradisi bangsa-bangsa yang rela mengorbankan nyawa dengan membunuh diri sendiri demi untuk tujuan yang lebih luhur, seperti yang terdapat dalam tradisi masyarakat Jepang. Membunuh diri dengan tujuan luhur itu adalah lebih baik bagimu, wahai Bani Israil, di sisi Allah Penciptamu dengan sangat sempurna. Dengan demikian, Dia Allah akan menerima tobatmu dan permohonan ampunmu. Sungguh, yakinilah bahwa Dialah Zat Yang Maha Penerima tobat dosa hamba-hamba-Nya, lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Rasulullah aga...
Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada Bani Israil yang hidup semasanya pada waktu itu bahwa Musa a.s. sekembali dari munajat dengan Tuhannya, mendapati kaumnya menyembah patung anak sapi, lalu dia berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, sesungguhnya dengan perbuatan kamu menjadikan anak sapi itu sebagai tuhanmu, kamu telah membinasakan diri kamu sendiri, dan telah melenyapkan pahala yang sedianya akan kamu terima di sisi Tuhanmu. Alangkah baiknya, seandainya kamu menepati janji yang telah diikrarkan, dan kamu mengikuti syariatku. ) Oleh sebab itu, bertobatlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu, dan janganlah berbuat kebodohan semacam itu, dimana kamu telah meninggalkan Tuhanmu yang sesungguhnya, lalu kamu mengambil anak sapi sebagai sembahanmu."
Musa a.s. juga memerintahkan kepada mereka, "Bunuhlah diri kamu." Maksudnya, agar orang-orang yang tidak berbuat kejahatan di antara mereka membunuh mereka yang telah bersalah itu, atau mereka yang telah berbuat kejahatan itu saling membunuh, atau mereka disuruh membunuh diri mereka sendiri sebagai pernyataan tobat kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama Kitab Keluaran xxxii.27-28 disebutkan yang mati akibat pembunuhan itu 3000 orang.
Kemudian Musa a.s. mengatakan kepada mereka bahwa bertobat dan membunuh diri sebagai pernyataan tobat itu lebih baik bagi mereka di sisi Allah daripada terus-menerus berbuat kedurhakan yang menyebabkan mereka ditimpa azab. Apabila mereka telah bersih dari dosa itu, barulah mereka patut menerima pahala dan ganjaran.
Abdullah Yusuf Ali berpendapat "bunuhlah nafsumu"; anfusakum dalam ayat ini berarti nafsu, bukan pribadi. Hampir sejalan dengan pendapat al-Qasimi, Muhammad Asad, dan lain-lain.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah mereka melakukan yang diperintahkan Musa, Allah menerima tobat dan memaafkan kesalahan mereka, karena Dialah yang memberikan jalan kepada orang-orang yang berdosa itu untuk bertobat, dan Dia menerima tobat mereka. Sebab Dia Maha Pengasih kepada orang-orang yang mau bertobat kepada-Nya. Seandainya tidak demikian, tentulah segera ditimpakan kebinasaan kepada mereka karena dosa-dosa besar yang mereka lakukan itu.
61. "Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas."
Tafsir : Dan ingatlah pula sikap-sikap yang tidak menyenangkan, yaitu...
Tafsir : Dan ingatlah pula sikap-sikap yang tidak menyenangkan, yaitu ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, "Wahai Musa! Kami sudah tidak tahan lagi bila hanya makan dengan satu macam makanan saja yang tetap dan tidak berubah-ubah yaitu al-mann dan as-salwa , maka mohonkanlah kepada Tuhanmu Yang Maha Pemurah untuk kami, agar Dia memberi kami yang sudah jenuh dengan makanan yang sama, apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah." Dia, Nabi Musa, dengan nada marah, menjawab, "Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik dengan menukar al-mann dan as-salwa yang merupakan anugerah Allah dengan jenis-jenis makanan yang disebutkan itu? Bila itu yang kamu kehendaki, tinggalkanlah tempat ini dan pergilah ke suatu kota yang kamu inginkan, pasti kamu di tempat itu akan memperoleh apa saja sesuai yang kamu minta. Akibat tidak adanya rasa syukur itu, kemudian mereka ditimpa kenistaan dalam hidup dan kemiskinan dari rezeki atau harta, dan mereka selanjutnya kembali mendapat kemurkaan dari Allah yang tidak senang dengan keingkaran mereka. Hal itu, yakni kenistaan dan kemiskinan dapat terjadi karena mereka tidak mau mensyukuri nikmat yang dianugerahkan, bahkan sering mengingkari ayat-ayat Allah yang ada di sekitarnya dan membunuh para nabi tanpa hak atau alasan yang benar. Yang demikian itu sebagai akibat dari sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji, selain karena mereka juga selalu durhaka dan melampaui batas dalam segala tindak-tanduknya.
Ketika Bani Israil tersesat di padang pasir Sinai, mereka be...
Ketika Bani Israil tersesat di padang pasir Sinai, mereka berkata kepada Nabi Musa bahwa mereka tidak tahan terhadap satu jenis makanan saja, sedang yang ada hanya mann dan salwa saja (al-Baqarah/2:57). Mereka berkata demikian karena keingkaran mereka terhadap Nabi Musa a.s. dan kebanggaan terhadap kehidupan mereka dahulu.
Bani Israil kemudian meminta kepada Musa a.s. agar berdoa kepada Tuhan semoga Dia mengeluarkan sayur-sayuran yang ditumbuhkan bumi sebagai ganti mann dan salwa. Mereka tidak mau berdoa sendiri, tetapi mengharapkan Musa yang berdoa kepada Tuhan, karena mereka memandang Musa orang yang dekat kepada Tuhan dan lagi pula dia seorang Nabi yang dapat bermunajat kepada Allah. Sayur-mayur dan lain-lain yang mereka minta itu banyak terdapat di kota-kota, tapi tidak terdapat di padang pasir. Sebenarnya permintaan itu tidak sukar dicari, karena mereka dapat memperolehnya asal saja mereka pergi ke kota. Nabi Musa menolak permintaan itu dengan penuh kekecewaan dan kejengkelan serta mencela sikap mereka karena mereka menolak mann dan salwa, makanan yang sebenarnya mengandung nilai gizi yang tinggi dan sangat diperlukan oleh tubuh, diganti dengan sayur-mayur yang lebih rendah gizinya.
Kemudian Nabi Musa menyuruh mereka keluar dari gurun Sinai dan pergi menuju kota. Di sana mereka akan mendapatkan yang mereka inginkan, sebab gurun Sinai tempat mereka tinggal sampai batas waktu yang telah ditentukan Allah, tidak dapat menumbuhkan sayur-sayuran. Mereka tinggal di gurun Sinai itu karena mereka lemah dan tidak tabah untuk mengalahkan penduduk negeri yang dijanjikan bagi mereka. Mereka akan lepas dari hal yang tidak mereka sukai, bilamana mereka memiliki keberanian memerangi orang-orang yang di sekitar mereka, yaitu penduduk bumi yang dijanjikan Allah dan menjamin memberi pertolongan kepada mereka. Oleh sebab itu, hendaknya mereka mencari jalan untuk mendapatkan kemenangan dan keuntungan.
Setelah Allah menceritakan penolakan Musa terhadap permintaan mereka dan sebelumnya telah membentangkan pula segala nikmat yang dikaruniakan kepada mereka, dalam ayat ini Allah mengemukakan beberapa kejahatan keturunan Bani Israil yang datang kemudian, yaitu mereka mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh nabi-nabi dan pelanggaran mereka terhadap hukum Allah. Oleh sebab itu, Allah menimpakan kepada mereka kehinaan dan kemiskinan sebagai wujud kemurkaan-Nya.
Sudah semestinya mereka menerima murka Ilahi, menanggung bencana dan siksaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Demikian pula mereka mendapatkan kehinaan dan kemiskinan karena mereka selalu menolak ayat-ayat Allah yang telah diberikan kepada Nabi Musa berupa mukjizat yang telah mereka saksikan sendiri. Kedurhakaan dan penolakan mereka terhadap Nabi Musa adalah suatu bukti bahwa ayat-ayat Allah tidak berpengaruh pada jiwa mereka. Mereka tetap mengingkarinya.
Mereka membunuh para nabi dari golongan mereka, tanpa alasan yang benar. Memang sesungguhnya orang yang berbuat kesalahan kadang-kadang meyakini bahwa yang diperbuatnya adalah benar. Perbuatan mereka yang demikian itu bukanlah karena salah dalam memahami atau menafsirkan hukum, tetapi memang dengan sengaja menyalahi hukum-hukum Allah yang telah disyariatkan di dalam agama mereka.
Kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan kelancangan mereka membunuh para nabi, karena mereka banyak melampaui batas ketentuan agama mereka. Seharusnya agama mempunyai pengaruh yang besar pada jiwa manusia, sehingga penganutnya takut menyalahi perintah Allah. Apabila seseorang melampaui peraturan-peraturan atau batas-batas agamanya berarti pengaruh agama pada jiwanya sudah lemah. Semakin sering dia melanggar batas hukum agama itu semakin lemah pulalah pengaruh agama pada jiwanya. Sampai akhirnya pelanggaran ketentuan-ketentuan agama itu menjadi kebiasaannya, seolah-olah dia lupa akan adanya batas-batas agama dan peraturan-peraturannya. Akhirya lenyaplah pengaruh agama dalam hatinya.
72. "Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan."
Tafsir : Latar belakang dari perintah penyembelihan sapi ini adalah t...
Tafsir : Latar belakang dari perintah penyembelihan sapi ini adalah terbunuhnya seorang tua yang kaya di kalangan Bani Israil yang belum terungkap pelakunya. Karena permohonan yang diajukan, maka Allah mengingatkan mereka dengan mengatakan dan ingatlah ketika salah seorang dari kamu membunuh seseorang yang tidak bersalah, lalu kamu tuduh-menuduh tentang peristiwa misterius itu. Akan tetapi, Allah dengan kehendak-Nya kemudian menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa saja yang tampak jelas atau yang disembunyikan.
Allah swt mengungkapkan dalam ayat ini kejahatan yang berken...
Allah swt mengungkapkan dalam ayat ini kejahatan yang berkenaan dengan pembunuhan terhadap seseorang kemudian mereka saling tuduh-menuduh mengenai pelaku pembunuhan itu sehingga perkara ini menjadi kabur. Tetapi Allah tidak membiarkan perkara ini tetap kabur dan tertutup. Untuk membuka rahasia pembunuhan itu Allah memerintahkan kepada mereka agar menyembelih sapi, sebagaimana disebutkan dalam ayat 67 yang lalu.
Bila diperhatikan urutan cerita seperti yang tercantum di awal kelompok ayat ini maka ayat 72 terletak di depan ayat 67, sebab peristiwa pembunuhan inilah yang mengakibatkan adanya perintah Allah untuk menyembelih sapi. Tetapi di dalam urutan ayat peristiwa penyembelihan sapi itulah yang didahulukan, karena yang diperintahkan ialah pengusutan perkara pembunuhan itu dengan mencari lebih dahulu pembunuhnya dengan jalan menyembelih sapi.
84. "Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu, “Janganlah kamu menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu.” Kemudian kamu berikrar dan bersaksi."
Tafsir : Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus...
Tafsir : Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka kerjakan, maka ayat ini mengingatkan isi perjanjian menyangkut hal-hal yang harus mereka tinggalkan. Ayat ini memerintahkan lagi; dan ingatlah juga ketika Kami, melalui Nabi Musa, mengambil janji dari leluhur kamu, wahai Bani Israil, "Janganlah kamu menumpahkan darahmu, yakni mem bunuh orang lain tanpa hak, dan jangan pula kamu mengusir dirimu, saudara sebangsa mu, dari kampung halamanmu, apalagi kampung halaman mereka sendiri." Selanjutnya, mereka juga diingatkan, "Kemudian kamu berikrar di depan umum akan memenuhinya, wahai yang mendengar ayat Al-Qur'an ini dan yang hidup pada masa Nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa perjanjian itu memang pernah dilakukan oleh nenek moyang kalian."
Ayat ini mengingatkan dan menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan antarmanusia. Isyarat ini diperoleh dari penggunaan kata "darahmu", "dirimu sendiri" dan "kampung halamanmu", padahal yang dimaksud adalah orang lain. Ini karena dalam pandang-an Allah seorang manusia pada hakikatnya merupakan saudara seketu runan manusia yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa jika seseorang berbuat buruk kepada orang lain maka pada hakikatnya ia berbuat buruk kepada diri sendiri, seperti dinyatakan dalam Surah al-aˆujura t/49: 11.
Dalam ayat ini Allah telah mengambil janji dari Bani Israil ...
Dalam ayat ini Allah telah mengambil janji dari Bani Israil agar mereka benar-benar menjauhi pertumpahan darah di antara mereka, dan tidak saling mengusir dari negeri masing-masing. Mereka hendaklah merupakan kesatuan bangsa karena satu agama dan satu keturunan. Masing-masing hendaklah merasa bahwa diri dan darahnya adalah diri dan darah kaumnya.
Ayat ini juga mengandung larangan mengerjakan kejahatan-kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman mati (qisas), atau pengusiran dari kampung halaman yang berarti "membunuh diri sendiri". Bilamana mengerjakan suatu kesalahan yang dapat dijatuhi hukuman mati, maka berarti membunuh dirinya sendiri. Pada akhir ayat ini Allah menyatakan bahwa orang Yahudi pada zaman Rasul saw mengaku menerima janji itu, bahkan mereka menjadi saksi atas janji itu.
85. "Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu), dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Tafsir : Kemudian kamu, wahai Bani Israil, membunuh dirimu, yakni ses...
Tafsir : Kemudian kamu, wahai Bani Israil, membunuh dirimu, yakni sesamamu, tanpa menghiraukan perjanjian Allah tadi, dan mengusir segolongan dari saudara-saudara kamu sesama manusia dari kampung halamannya. Kamu memaksakan diri saling membantu dengan kelompok-kelompok kamu dalam menghadapi mereka dalam kejahatan, yakni dengan membuat dosa, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dan permusuhan, yakni agresi yang melampaui batas. Itulah sikapmu terhadap mereka. Dan jika mereka yang kamu usir itu datang kepadamu sebagai tawanan, maka kamu tebus mereka dengan berbagai cara, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab, yakni percaya dan mengamalkan sebagian kandungan Taurat dengan menebus mereka, dan ingkar kepada sebagian yang lain sehingga kamu mengusir mereka? Maka tidak ada balasan yang pantas bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia walau kamu menduga dan berusaha memperoleh kemuliaan. Dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan dan dibangkitkan setelah kematian kepada azab yang paling berat. Allah mengetahui motif perbuatan kamu, dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Oleh karena itu, Dia akan memberi balasan yang setimpal kepada kamu.
Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Madinah sebelum Rasulullah diutus. Ada tiga suku Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqa , Bani Nadir dan Bani Quraidhah. Ketiganya terlibat dalam perang saudara antara Kabilah Aus dan Khazraj; penduduk asli Madinah. Bani Qainuqa dan Bani Nadir memihak Kabilah Khazraj, sedangkan Bani Quraidhah memihak Suku Aus. Seringkali terjadi peperangan di antara mereka, bahkan di antara sesama Yahudi pun mereka saling menyerang dan membunuh. Mereka tahu bahwa hal itu melanggar perjanjian dengan Allah, namun mereka berdalih bahwa hal itu merupakan bagian dari ketaatan terhadap isi kitab suci.
Dalam ayat ini disebutkan kenyataan tentang pelanggaran oran...
Dalam ayat ini disebutkan kenyataan tentang pelanggaran orang Yahudi terhadap larangan Allah itu. Di Medinah sejak sebelum Nabi Muhammad saw terdapat tiga suku Yahudi yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadir, Bani Quraizah. Ketiga suku itu terlibat dalam perang saudara yang terjadi antara kabilah Aus dan Khazraj; keduanya penduduk asli kota Medinah. Bani Qainuqa dan Bani Nadir adalah sekutu kabilah Khazraj, sedangkan Bani Quraizah adalah sekutu kabilah Aus. Dengan demikian terjadilah peperangan dan usir-mengusir antara sesama kaum Yahudi sendiri.
Ayat ini menerangkan bahwa sesudah menerima janji yang kuat itu, mereka merusaknya dengan membunuh saudara-saudara mereka sendiri, mereka saling membunuh sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang terhadap mereka, sedangkan mereka mengaku bahwa janji Allah itu juga dikenakan pada mereka.
Sebagian orang Yahudi membantu orang-orang Arab yang telah menjadi sekutu mereka dengan membuat dosa seperti pembunuhan dan peperangan, dan membantu mereka di dalam permusuhan seperti pengusiran dari kampung halaman. Bilamana ada yang tertawan, baik orang Arab ataupun orang Yahudi yang bermusuhan, maka untuk melepaskannya mereka meminta uang tebusan.
Masing-masing golongan Yahudi menebus bangsanya yang menjadi tawanan itu, walaupun tawanan itu musuhnya. Mereka mengemukakan alasan bahwa kitab suci mereka memerintahkan agar mereka menebus tawanan-tawanan bangsa yang suci itu. Jika mereka benar-benar beriman kepada kitabnya seperti yang mereka katakan, mengapa mereka mengusir, saudara-saudaranya dari kampungnya, sedangkan Taurat melarang mereka berbuat begitu? Kalau demikian, bukankah itu berarti mengejek agama? Mengapa mereka beriman pada sebagian Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain?
Allah telah membuat janji dengan Bani Israil di dalam Taurat, agar tidak saling membunuh dan mengusir di antara sesamanya. Dalam Taurat disebutkan, "Siapa saja hamba lelaki atau perempuan dari Bani Israil yang kamu dapati, bayarlah harganya dan merdekakanlah dia." Namun mereka tetap saling membunuh di antara sesamanya dan tetap saling mengusir. Mereka menyalahi janji mereka kepada Allah. Apabila ada yang ditawan, mereka menebusnya, sebagai ketaatan mereka kepada janji. Hal itu menunjukkan bahwa mereka mengimani sebagian isi Kitab dan tidak percaya kepada bagian yang lain.
Pembalasan terhadap para pelanggar ketentuan-ketentuan di atas ialah kebinasaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Kenyataan telah menunjukkan bahwa umat yang berlaku curang terhadap perintah Allah dan melempar agama ke belakang, mereka akan bercerai-berai dan akan ditimpa azab kehinaan sebagai pembalasan terhadap kerusakan akhlak dan kejahatannya.
Adapun orang-orang yang tetap berlaku benar, menyucikan dirinya dan baik keadaannya, akan memperoleh nikmat di sisi Tuhannya. Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa-apa yang mereka kerjakan. Dia akan memberi balasan terhadap segala perbuatan manusia.
87. "Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan setelahnya dengan rasul-rasul, dan Kami telah berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran serta Kami perkuat dia dengan Rohulkudus (Jibril). Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?"
Tafsir : Berikut ini masih merupakan uraian tentang pelanggaran-pelan...
Tafsir : Berikut ini masih merupakan uraian tentang pelanggaran-pelanggaran Bani Israil. Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa agar dengan membacanya, kamu selalu ingat kandungan perjanjian itu, namun kamu tetap saja melupakannya. Tidak saja menganugerahkan Taurat, Kami juga telah susulkan berturut-turut setelahnya, yakni sepeninggal Nabi Musa, dengan rasul-rasul yang silih berganti datang memperingatkan kamu dan memperbarui tuntunan agar selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti Nabi Daud, Sulaiman, hingga Yahya. Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam penjelasan-penjelasan, yakni bukti-bukti kebenaran yang sangat jelas seperti kemampuannya-atas izin Allah-mengembalikan penglihatan orang buta, menyembuhkan berbagai penyakit, menghidupkan orang mati, dan mengungkap berita-berita gaib, serta kami perkuat dia dengan Rohulkudus, yaitu malaikat Jibril, yang datang dengan wahyu-wahyu Ilahi berupa kitab Injil.
Karena sikap mereka terhadap para nabi dan rasul sangat tidak wajar, maka mereka dikecam dalam bentuk pertanyaan: mengapa setiap rasul yang datang kepadamu yang diutus Allah membawa sesuatu pelajaran yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri dengan sangat angkuh, lalu sebagian kamu dustakan, seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan sebagian kamu bunuh, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, dan sebagian yang lain hendak kalian bunuh, seperti Nabi Muhammad?
Terbayang betapa licik orang-orang Yahudi Bani Israil yang diceritakan sifat-sifatnya dalam ayat-ayat di atas. Banyak dalih yang mereka kemukakan, banyak juga kalimat bodoh yang mereka ucapkan. Dari situ dapat ditarik pelajaran bahwa kecerdasan akal seseorang tidak selalu menuntunnya kepada perilaku yang baik, terutama bila kecerdasan itu tidak disertai kemantapan iman.
Allah swt telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa a.s., kem...
Allah swt telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa a.s., kemudian Allah mengutus sesudahnya beberapa orang rasul yang datang silih berganti. Maka, setiap waktu selalu ada rasul yang menyampaikan agama Allah. Dengan demikian tidak ada alasan bagi mereka untuk melupakannya, mengganti atau mengubah peraturan-peraturan yang telah ditetapkan Allah.
Sesudah itu Allah menyebutkan Nabi Isa a.s. dalam ayat ini secara khusus di antara para rasul itu, dan menerangkan bahwa dia telah diberi mukjizat yang dapat membuktikan kebenaran kenabiannya. Kemudian Allah menyebutkan pula bahwa Isa a.s. telah diberi wahyu serta diperkuat dengan Rohulkudus (Jibril a.s.), dan ketinggian akhlak.
Kemudian Allah menjelaskan sikap orang-orang Yahudi, bahwa apabila datang utusan Allah dengan membawa peraturan, yang tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka, mereka bersikap sombong dan congkak terhadap utusan itu dengan cara berbuat sewenang-wenang dan berbuat keji di bumi, lalu sebagian dari para rasul itu mereka dustakan, seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan sebagian lagi mereka bunuh seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Maka tidaklah mengherankan apabila mereka tidak mempercayai seruan Muhammad saw, karena membangkang dan mengingkari itu termasuk tabiat yang telah merasuk dalam jiwa mereka.
91. "Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur'an),” mereka menjawab, “Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.” Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur'an) itu adalah yang hak yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman?”"
Tafsir : Dan kedurhakaan mereka lainnya adalah bahwa apabila dikataka...
Tafsir : Dan kedurhakaan mereka lainnya adalah bahwa apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah, yakni AlQur'an, melalui Nabi Muhammad", mereka menjawab, "Kami hanya akan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, yaitu Taurat." Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, yaitu Al-Qur'an dan kitab-kitab lain yang diturunkan sesudah Taurat, padahal Al-Qur'an itu adalah kitab yang benar-benar mencapai puncak hak, yaitu kebenaran dalam segala seginya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka yang pernah disampaikan oleh Nabi Musa dan nabi-nabi sebelumnya. Untuk menolak pernyataan mereka, Allah berfirman, Katakanlah kepada mereka, Nabi Muhammad, "Jika benar kamu hanya percaya kepada apa yang diturunkan kepada kamu, mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman? "
Secerdik apa pun orang-orang Yahudi berargumen dalam rangka menolak kebenaran, tetap saja kedok mereka akan terungkap. Ketika diajak mengikuti ajaran Al-Qur'an mereka menolak dan menegaskan hanya akan mengikuti ajaran Taurat. Faktanya, mereka bukan orangorang yang taat dan patuh kepada para nabi mereka, bahkan beberapa dari nabi-nabi itu mereka bunuh.
Allah menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad saw dan sahabat...
Allah menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad saw dan sahabatnya berkata kepada orang-orang Yahudi yang ada di Medinah dan sekitarnya agar mereka percaya kepada Al-Qur'an yang diturunkan Allah, mereka pun menjawab, bahwa mereka percaya kepada kitab (wahyu) yang diturunkan kepada nabi-nabi keturunan Bani Israil, yaitu Taurat. Mereka selalu mengingkari kebenaran Al-Qur'an yang membenarkan Kitab Taurat. Kalau mereka berterus terang, tentulah mereka akan mengakui bahwa Al-Qur'an itu benar, tidak mengandung sedikit pun keraguan.
Sesudah itu Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw membantah alasan yang dikemukakan oleh orang-orang Yahudi dengan bantahan yang membuat mereka tidak berdaya. Apabila nenek moyang mereka betul-betul orang yang setia mengikuti Kitab yang diturunkan Allah, tentu mereka tidak membunuh nabi-nabi.
Dengan demikian jelaslah bahwa mereka itu bukan pengikut Nabi Musa yang taat dan setia, tetapi hanya menuruti hawa nafsu. Apalagi mereka juga mengakui perbuatan nenek moyang mereka sebagai perbuatan yang tidak bertentangan dengan agama. Berbuat ingkar atau membolehkan seseorang untuk berbuat ingkar hukumnya sama.
Allah menyebutkan pembunuhan yang dilakukan oleh nenek moyang orang-orang Yahudi dan menghubungkan perbuatan itu kepada orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Nabi dalam rangka untuk menunjukkan bahwa mereka itu adalah keturunan dari satu bangsa, dan dianggap sebagai satu kesatuan, karena karakter dan wataknya sama.
112. "Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
Tafsir : Tidak! Mereka berdusta. Yang akan memasuki surga bukan hanya...
Tafsir : Tidak! Mereka berdusta. Yang akan memasuki surga bukan hanya Yahudi atau Nasrani, melainkan barang siapa yang menyerahkan diri, tunduk, patuh, taat, ikhlas sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, beriman, membenarkan, dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka di akhirat dan mereka tidak bersedih hati. Mereka kekal dalam kenikmatan. ,
Anggapan masing-masing golongan dari Ahli Kitab tidak benar,...
Anggapan masing-masing golongan dari Ahli Kitab tidak benar, karena masuk surga tidak hanya dimonopoli oleh suatu bangsa atau suatu golongan, tetapi akan didapat oleh siapa saja yang berusaha mendapatkannya dengan ketentuan harus beriman dan beramal saleh.
Sebagai ketegasan, Allah memberikan pernyataan bahwa barang siapa beriman kepada Allah dan membuktikan imannya itu dengan amal yang ikhlas, maka dia akan memperoleh pahala. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal baik seorang hamba. Ayat ini juga menunjukkan bahwa iman yang tidak direalisasikan dalam amal saleh, tidak menjamin tercapainya kebahagiaan seseorang. Dalam Al-Qur'an banyak didapati kata-kata iman senantiasa diiringi dengan amal saleh:
Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. (an-Nisa'/4:124)
Barang siapa mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), ¦( al-Anbiya'/21:94)
Apabila mereka telah berserah diri kepada Allah dan beramal saleh, maka mereka tidak perlu khawatir dan bersedih. Di antara tabiat orang-orang mukmin ialah apabila mereka ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, mereka akan menyelidiki sebab-sebab terjadinya dan berusaha keras untuk mengatasinya. Kalau masih juga belum teratasi, mereka menyerahkan persoalan itu kepada kekuasaan Allah: niat mereka sedikit pun tidak melemah dan hati mereka pun menyadari bahwa untuk mengatasi semua kesulitan itu dia menyerahkan diri kepada kekuatan yang hakiki, yaitu Allah.
154. "Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya."
Tafsir : Di antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam mempertaha...
Tafsir : Di antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam mempertahankan keimanan mereka adalah berperang melawan kaum kafir. Dan jangan-lah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka telah mati. Sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari-nya. Mereka hidup di alam yang lain. Mereka mendapat kenikmatan yang demikian besar dari Allah.
Mempertahankan agama Islam suatu perjuangan. Setiap perjuang...
Mempertahankan agama Islam suatu perjuangan. Setiap perjuangan akan meminta pengorbanan. Akan ada yang kehilangan harta benda atau keluarga dan akan ada yang gugur di medan perang dan sebagainya.
Mereka yang gugur di medan perang adalah syuhada di jalan Allah. Mereka itu menduduki tempat yang amat mulia. Maka janganlah dikira bahwa mereka itu mati, tetapi mereka itu hidup di alam lain. Hanya saja manusia tidak menyadari kehidupan mereka itu dan tidak mengetahui hakikatnya. Mereka hidup dalam alam gaib di mana arwah para syuhada diistimewakan dari arwah manusia lainnya. Semangat dan cita-cita perjuangan mereka itu akan dilanjutkan oleh generasi-generasi sesudahnya sehingga akan tetap hidup selama-lamanya.